30 April 2008

Jaminan Rasulullah SAW Terhadap Ahlus Sunnah

Limpahan puji kehadirat Allah swt Yang Maha menurunkan rahmatNya setiap waktu dan kejap. Sepanjang zaman, alam semesta menyaksikan kedermawanan Allah Yang Mahamemelihara setiap hamba-hambaNya dengan kasih sayang yang melebihi segenap kasih sayang, kasih sayang tunggal dari Rabbul a’lamin yang telah berfirman, “Wa Huwa ma’akum ayna maa kuntum……” Dia, Allah, bersama kalian dimanapun kalian berada. Sejauh manapun langkah seorang hamba, ia tetap bersama Allah dengan kebersamaan yang tidak akan pernah berpisah, selalu bersama Rabbul a’lamin. Sebelum mereka lahir ke muka bumi, mereka di alam rahim sendiri, belum ada yang mengenal wajahnya, belum pula ia mengenal apapun. Namun Allah telah bersamanya dan memeliharanya hingga ia datang ke permukaan bumi dengan izin Allah untuk hidup diatas bumiNya. Kemudian ia akan wafat, diturunkan oleh tangan-tangan sahabat dan kekasihnya ke dalam kubur dan ditinggalkan oleh semua keluarga dan kekasihnya, sendiri, dan tanah pun dibenam dan ditutupkan. Setelah itu, ia dalam kesendirian, ia bersama Allah.

Sungguh Allah swt selalu bersama hamba-hambaNya dalam kehidupan dan dalam kematian. Dan Dialah yang paling dekat kepada. Tetapi, kedekatan kepada Allah sering dibatasi dengan tirai dosa. Ketika tirai dosa itu menutup, maka walaupun tidak jauh antara kita dengan Allah, tetapi terasa lebih jauh dari perjalanan ribuan tahun karena tertutup dengan tirai dosa, walaupun ia sangat dekat dengan Allah.
Seperti orang yang duduk di sebelah dinding, disebelah dinding satunya adalah temannya. Hampir saja ia berdampingan, hanya dibatasi dinding saja. Ia sangat dekat dan tidak ada yang lebih dekat dengannya selain temannya. Tapi ia terbatasi dan tidak akan pernah bersatu bersama.
Demikianlah tirai yang menghalangi sebagian hamba-hamba Allah dengan Allah. Akan tetapi tirai yang demikian hebatnya itu, yang bila telah menutup maka seakan-akan kita jauh dari Allah dengan jarak ribuan tahun ini, akan tersingkap dan terbuka dengan taubat dan inabah. Ketika jiwa kita memanggil nama Allah, ingin dekat kepadaNya, ketika tidak ingin menyembah kepada Ilah selain-Nya, meminta dan mengemis, maka hilanglah jarak penghalang antara dia dengan Allah. Jadilah ia orang yang mendapatkan kedekatan dengan Allah.

Akan datang suatu masa kita akan dikuburkan dan selesai. Disaat itu ia sendiri bukan satu dua hari, bukan satu dua tahun, mungkin ribuan tahun dalam kesendirian. Ketika kita tidak bisa berbicara pada siapapun, tidak bisa pula berbuat apa-apa, hanya pasrah akan ketentua Allah. Tidak bisa berbuat apapun selain pasrah kepada ketentuan Ilahi, bukan satu dua tahun, tetapi ribuan tahun. Di dalam kegelapan barzakh, dalam keadaan sendiri, apa yang mereka perbuat? Hanya menanti dan menunggu saja, itu saja yang mereka perbuat. Menunggu…menunggu…menunggu sidang akbar.
Berbahagialah mereka yang di masa hidupnya dipenuhi dengan berlian-berlian ibadah. Sehingga perhiasan mulia itu menemaninya pula di alam barzakh, di dalam penantiannya akan sidang akbar.

Merugilah mereka yang wafat dalam keadaan miskin akan ibadah. Maka ribuan tahun di dalam kegelapan. Ribuan tahun dalam rintihan. Ribuan tahun dalam penyesalan. Ribuan tahun sendiri, sendiri, tidak ada teman, tidak ada musuh. Tidak ada kekasih, tidak siapa pun menemani. Demikian keadaan setiap manusia yang wafat. Demikian keadaan kita kelak. Akan tetapi, ketika seorang hamba didalam iman, maka amal ibadahnya akan menemaninya. Barangkali lebih dari itu, ruhnya berkumpul bersama Shiddiqqin, nanti saat-saat perjumpaan sidang akbar dg Allah.

Beruntung orang-orang yang wafat dalam kerinduan kepada Allah. Ia wafat dalam kedaan rindu kepada Allah. Maka ia menunggu ribuan tahun dalam barzakh dalam kerinduan. Sehingga ia dibangkitkan di Yaumil Qiyamah bersama orang oaring yang rindu kepada Allah. Betapa indah ketika perjumpaan antara Allah dan dirinya tang telah ribuan tahun menanti perjumpaan dengan Allah. Sedangkan Allah telah menjelaskan kepada Sang Nabi, dan sang Nabi menjelaskan kepada kita ‘Man ahabba liqa’allah, ahabballahu liqa’ah…’ barang siapa yang rindu perjumpaan dengan Allah maka Allah rindu berjumpa dengannya.

Demikian Tuntunan Ilahi agar kita mencapai kebahagiaan yang kekal di dunia, di barzakh dan di Yaumil Qiyamah. Demikian beruntungnya orang-orang yang mengikuti Sang Nabi saw. Beliau telah menjelaskan kepada kita bahwa tidak akan ada habis-habisnya kaum dari kelompok umatku (dari kalangan ulama dan fuqaha) yang membela kebenaran yang terus di dalam kesucian, yang terus mengajak kepada kemuliaan hidup, mengajak kepada meninggalkan perpecahan dan permusuhan, mengajak kepada akhlak mulia, mengajak kepada hal-hal yang luhur sampai mereka berjumpa dengan Allah tetap mereka terlihat dengan jelasnya. Maka berkata Sayyidina Abdullah bin Mas’ud, “Sungguh, berpadulah kalian bersama jamaah. Sungguh, Allah tidak akan menjadikan kelompok terbesar pada ummat Muhammad dalam kesesatan.” Demikian berkata Sayyidina Abdullah bin Mas’ud ra. Tidak akan terjadi kelompok terbesar ummat Nabi Muhammad SAW dalam kesesatan.

Oleh sebab itu, Al Imam Ibn Hajar Asqalani di dalam kitabnya Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menukil tentang riwayat Ibn Mas’ud ini, yang dimaksud di dalam hadits ini bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah akan terus bersabar. Rasul menjamin bahwa kelompok mulia ini akan terus ada dari sejak zaman Sang Nabi saw terus sampai hari kebangkitan, walau di sana-sini bermunculan kaum pengingkar. Alhamdulillah. Juga penjelas dari hadits ini adalah ucapan Sayyidina Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Allah tidak akan menjadikan jamaah ummat Nabi Muhammad saw di dalam kesesatan. Mereka yang dalam kesesatan adalah yang memisahkan diri sedikit-sedikit.

Demikian saudara-saudaraku, jangan sampai kita tergoyang dengan pemahaman-pemahaman baru yang keluar dari 4 Madzhab besar Ahlussunnah wal Jamaah. Karena telah dikatakan oleh Sayyidina Abdullah bin Mas’ud ra bahwa ummat Nabi Muhammad saw yang merupakan jamaah yang terbesar tidak akan berkumpul di dalam kesesatan.

Jadi, tidak benar tuduhan perkumpulan baru yang mengatakan bahwa ummat muslimin sekarang ini kebanyakan di dalam kesesatan. Karena ummat dalam 4 Madzhab besar ini telah dijamin kebenarannya dengan Sabda Nabi Muhammad saw, tidak akan habis-habisnya kelompok dari ummatku akan terus zhahir, akan terus eksis sampai mereka berjumpa dengan Allah SWT. Hadist ini menenangkan kita.

Alhamdulillah, Rasul SAW telah menjamin, bahwa kelompok itu pasti terus ada dan terlihat. Jadi jangan tertipu kalau ada yang bilang ini sesat, itu batil, ini bid’ah terhadap ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Hal itu munculnya baru. Justru Rasul SAW telah berkata mereka, Ahlus Sunnah wal Jama’ah, akan tetap ada dan tidak sirna. Inilah kelompok terbesar dari kaum Muslimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi komentar anda........

Jadwal Sholat

Pondok Pesantren Al-Falak

Pondok Pesantren Al-Falak terletak di Pagentongan, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Pondok Pesantren Al-Falak telah berdiri sejak tahun 1901 (atau mungkin sebelum itu...?) oleh Almaghfurlah KH.Tb.Muhammad Falak Abbas atau biasa dikenal dengan Abah Falak.
Karena pada saat itu, berdirinya sebuah pesantren selalu seiring dengan seorang tokoh ulama yang mulai berdakwah di daerah tempatnya tinggal dan sekitarnya.

Sedangkan menurut sejarah keluarga, bahwa KH.Tb.Muhammad Falak Abbas hijrah dari Sabi, Pandeglang ke Pagentongan pada tahun 1878 dan kemudian bermukim di Pagentongan ini.
Selanjutnya Abah Falak menikah dengan seorang putri Pagentongan yang bernama Siti Fatmah dan mempunyai seorang putra tunggal yang bernama Tb.Muhammad Thohir Falak yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Aceng.

Pada hari Rabu tanggal 8 Jumadil 'Akhir 1392 / 19 Juli 1972, Abah Falak berpulang ke Rahmatullah di usianya yang ke 130 tahun. Beliau di makamkan di belakang rumahnya, dan kini menjadi Pemakaman Bani Falak.
Sedangkan Bapak Aceng menyusul berpulang ke Rahmatullah pada tahun 1976.
Pada tahun 1996, menyusul lagi putranya Bapak Aceng yaitu Almaghfurlah KH.Tb.Atung Zaini Dahlan, yang sangat memperhatikan keberadaan pondok pesantren Al-Falak.

Sekarang Pondok Pesantren Al-Falak dikelola oleh buyutnya (generasi IV) Abah Falak yang tinggal di Pagentongan, dan Pondok Pesantren Al-Falak tetap konsisten untuk membantu pemerintah dalam membangun sumber daya manusia yang sangat islami, insya Allah.

ANTARA - Nasional