16 Januari 2008

MARI KITA BERCERMIN

Perhatian publik akhir akhir ini tercurah demikian besar kepada Pak Harto yang sedang terbaring tak berdaya di Rumah Sakit Pusat Pertamina.

Masyarakat dari berbagai golongan seolah berlomba ingin menunjukan rasa keprihatinannya dan berdoa semoga beliau cepat sembuh, mulai dari para tokoh tokoh politik, pejabat negara tertinggi , alim ulama sampai rakyat jelata datang mengunjungi beliau, belum lagi berbagai perkumpulan doa dilaksanakan di berbagai daerah untuk satu tujuan mendoakan Pak Harto agar mendapatkan yang terbaik dari Allah SWT.

Mengapa hal itu terjadi….? Kepada orang yang selama hampir 10 tahun ini dijadikan tumpahan kemarahan, tudingan dan cacian.....?

Tak perlu heran, tak perlu merasa aneh.... Bahkan jangan iri, jika Pak Harto mendapat perlakuan dan sikap dan simpati seperti itu.

Semua itu terjadi sebagai buah dari apa yang ditanam Pak Harto selama hidupnya.
Sebagai manusia beliau tentu memiliki kekurangan dan kelebihan, dan tentu pula apa yang ditanamnya tak semua buruk.

Dari tanaman buruknya beliau telah menuai keburukan, beliau di hujat, dicaci dan di kucilkan selama hampir 10 tahun ini.
Termasuk sikap memble para birokrat dalam mengurus biaya pengobatan Pak Harto inipun tak lepas dari sikap tak ingin disebut membela Pak Harto.


Tanaman baiknya , tentu saja tak akan mampu dihilangkan begitu saja, walaupun banyak yang tak mau jujur mengakui tetapi tetap tak bisa munafik untuk mengingkarinya....itulah yang beliau kini terima, disaat saat kritis akhir hayatnya orang yang selama ini merasa tak cukup memberikan pembelaan, merasa perlu untuk memberikan perhatian lebih agar terhindar dari sebutan sebagai Orang tak tahu balas budi,.
Atau tak ingin disebut sebagai orang yang telah mendzolimi orang yang telah berjasa bagi kehidupannya, juga bagi kehidupan bangsa ini.

Rabalah dada kita , dimana diri kita berada dalam persoalan menyikapi seorang manusia benama SOEHARTO.......

Cermin yang baik untuk berkaca bagi para Pejabat yang kini sedang menyandang kekuatan dan kekuasaan.

Saya sendiri tidak kenal secara langsung dengan beliau, tetapi baru menyadari bahwa BELIAU adalah benar-benar Bapak Bangsa Ini.
Selama ini beliau dihujat dan selama itu pula beliau selalu tersenyum menanggapinya.
Selama ini kita selalu mengenal pemeo yang berbunyi BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI JASA PAHLAWANNYA.....
Namun kita, sibuk.......... mencari kesalahan-kesalahan pahlawan2nya.........

Juga saya hanya bisa menghimbau media cetak, elektronik dan lainnya untuk bisa memberikan informasi ke masyarakat yang sifatnya tidak provokatif...termasuk infotainmentnya yang sudah tidak bersifat mendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi komentar anda........

Jadwal Sholat

Pondok Pesantren Al-Falak

Pondok Pesantren Al-Falak terletak di Pagentongan, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Pondok Pesantren Al-Falak telah berdiri sejak tahun 1901 (atau mungkin sebelum itu...?) oleh Almaghfurlah KH.Tb.Muhammad Falak Abbas atau biasa dikenal dengan Abah Falak.
Karena pada saat itu, berdirinya sebuah pesantren selalu seiring dengan seorang tokoh ulama yang mulai berdakwah di daerah tempatnya tinggal dan sekitarnya.

Sedangkan menurut sejarah keluarga, bahwa KH.Tb.Muhammad Falak Abbas hijrah dari Sabi, Pandeglang ke Pagentongan pada tahun 1878 dan kemudian bermukim di Pagentongan ini.
Selanjutnya Abah Falak menikah dengan seorang putri Pagentongan yang bernama Siti Fatmah dan mempunyai seorang putra tunggal yang bernama Tb.Muhammad Thohir Falak yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Aceng.

Pada hari Rabu tanggal 8 Jumadil 'Akhir 1392 / 19 Juli 1972, Abah Falak berpulang ke Rahmatullah di usianya yang ke 130 tahun. Beliau di makamkan di belakang rumahnya, dan kini menjadi Pemakaman Bani Falak.
Sedangkan Bapak Aceng menyusul berpulang ke Rahmatullah pada tahun 1976.
Pada tahun 1996, menyusul lagi putranya Bapak Aceng yaitu Almaghfurlah KH.Tb.Atung Zaini Dahlan, yang sangat memperhatikan keberadaan pondok pesantren Al-Falak.

Sekarang Pondok Pesantren Al-Falak dikelola oleh buyutnya (generasi IV) Abah Falak yang tinggal di Pagentongan, dan Pondok Pesantren Al-Falak tetap konsisten untuk membantu pemerintah dalam membangun sumber daya manusia yang sangat islami, insya Allah.

ANTARA - Nasional